Emas
Berdasarkan Macro Tinjauan Asia pada Selasa (29 Agustus 2023), harga emas pagi ini menguat. Emas mencapai level tertinggi hariannya di $1,925.77 per troy ounce, naik $5.78 dibandingkan penutupan minggu sebelumnya.
Menjelang rilis data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS dan data pasar tenaga kerja pada hari Kamis dan Jumat, imbal hasil obligasi Treasury AS, juga dikenal sebagai imbal hasil Treasury, semakin menurun pagi ini, sehingga memungkinkan emas untuk melanjutkan pergerakan naiknya.
Direkomendasikan
Direkomendasikan
Direkomendasikan
Direkomendasikan
Baik obligasi Treasury maupun emas dianggap sebagai aset safe-haven, namun emas tidak memberikan imbal hasil. Oleh karena itu, ketika imbal hasil Treasury naik, emas menjadi kurang menarik, dan sebaliknya ketika imbal hasil menurun, daya tarik emas meningkat.
Kemarin, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun turun menjadi 4.204%, dan hari ini menyentuh 4.182%. Jika tren penurunan ini terus berlanjut, ada peluang emas kembali menguat pada sesi perdagangan Eropa.
Minyak
Harga minyak (CLS10) berfluktuasi antara $79.76 dan $80.11 per barel selama sesi perdagangan Asia. Potensi gangguan pasokan akibat badai tropis Idalia mendorong kenaikan harga minyak. Badai dilaporkan menuju Florida, Amerika Serikat.
Selain itu, meningkatnya jumlah wisatawan Tiongkok dapat meningkatkan permintaan minyak jangka pendek. Data dari Tiongkok menunjukkan lonjakan 13% pada penerbangan mingguan di Tiongkok untuk pekan yang berakhir 20 Agustus.
Meski demikian, pelaku pasar masih menunggu data perekonomian AS pekan ini yang bisa menjadi penentu apakah Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunganya atau tidak. Kenaikan suku bunga juga dapat memberikan tekanan pada harga minyak, terutama akibat penguatan dolar AS dan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada permintaan minyak.
Sentimen terhadap minyak masih beragam, namun ada kemungkinan menguat pada sesi perdagangan Eropa.
EURUSD
EURUSD naik 191 poin (19 pips) menjadi 1.08383 selama sesi perdagangan Asia, melanjutkan pergerakan naiknya dari awal minggu. Euro awalnya menghadapi sentimen negatif setelah pidato Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde pada Jumat lalu. Lagarde tidak memberikan indikasi apakah suku bunga akan dinaikkan pada bulan September atau tidak.
Fakta bahwa EURUSD terus meningkat sejak awal minggu menunjukkan bahwa pelaku pasar menunggu faktor lain, yaitu data inflasi PCE AS dan laporan non-farm payrolls (NFP), yang akan dirilis akhir pekan ini.
Data-data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas apakah Federal Reserve AS akan kembali menaikkan suku bunganya atau sudah mencapai terminal rate (puncak siklus suku bunga). Jelang rilis data pada hari Kamis dan Jumat, perhatian tertuju pada data kepercayaan konsumen Jerman pada pukul 13:00 WIB selama sesi perdagangan Eropa.
Perkiraan dari Trading Central menunjukkan angka -23 di bulan Agustus, meningkat dari bulan sebelumnya -24,4. Angka negatif sebenarnya mengindikasikan pesimisme terhadap perekonomian, namun jika membaik dari bulan sebelumnya maka bisa menjadi sentimen positif bagi euro. Selama sesi perdagangan Eropa, ada peluang bagi EURUSD untuk naik lebih lanjut.
GBPUSD
GBPUSD naik 300 poin (30 pips) menjadi 1,26322 selama sesi perdagangan Asia, menjauh dari level terendah 10 minggu yang dicapai Jumat lalu.
Kemarin, GBPUSD juga berhasil menguat meski kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed di bulan November meningkat.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar mungkin telah memperkirakan kenaikan suku bunga lagi, sehingga mengakibatkan pergerakan yang kurang signifikan. Mengingat kondisi tersebut dan pelaku pasar masih menunggu rilis data inflasi PCE AS dan NFP, maka ada peluang GBPUSD kembali menguat pada sesi Eropa.
USDJPY
USDJPY sempat turun 237 poin (23 pips) menjadi 146.307 selama sesi perdagangan Asia. Namun data Jepang hari ini menunjukkan tingkat pengangguran di bulan Juli meningkat menjadi 2.7% dari bulan sebelumnya 2.5%. Rilisan ini seharusnya memberikan sentimen negatif bagi yen yang bisa menyebabkan USDJPY menguat.
Perlu dicatat bahwa USDJPY berada di zona intervensi yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang sejak September tahun lalu. Saat itu, USDJPY menembus ke atas level 145.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 1998 dan diintervensi sehingga mengakibatkan penurunan tajam. Namun kemudian naik lagi di atas 151.000 dan intervensi kembali dilakukan pada Oktober 2022.
Kemungkinan intervensi membuat USDJPY sulit naik tajam dan berpotensi turun selama sesi perdagangan Eropa.
Nasdaq
Indeks Nasdaq naik 128 poin menjadi 15.097 di awal pekan dan mencapai level tertinggi hariannya di 15.127.
Nasdaq melanjutkan pergerakan kenaikannya sejak Jumat lalu, meski Federal Reserve menyatakan akan menaikkan suku bunga jika diperlukan. Di sisi lain, pelaku pasar juga melihat optimisme The Fed bahwa perekonomian AS tidak akan mengalami perlambatan tajam sebagai faktor positif bagi pasar saham.
Sektor teknologi, yang sebagian besar terwakili dalam indeks Nasdaq, telah menunjukkan kinerja yang baik akhir-akhir ini, dengan laporan pendapatan yang kuat dari perusahaan-perusahaan teknologi besar. Hal ini turut memberikan sentimen positif seputar indeks.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sentimen pasar dapat berubah dengan cepat, dan rilis data ekonomi mendatang, seperti laporan inflasi PCE AS dan NFP, dapat mempengaruhi arah pasar. Investor akan mencermati rilis data ini untuk mencari tanda-tanda potensi perubahan kebijakan oleh Federal Reserve.
Secara keseluruhan, pada sesi perdagangan Eropa, ada kemungkinan indeks Nasdaq akan terus bergerak naik, namun kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain data perekonomian dan sentimen investor.